Essay BRAIN DRAIN
BRAIN DRAIN
oleh : Muhammad
Negara berkembang adalah sebuah negara yang sebenarnya memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga memiliki kesempatan untuk menjadi negara maju. Akan tetapai karena keegoisan dan kerakusan dari penguasa dan penghuninya, akhirnya sebuah negara berkembang tetap menjadi negara berkembang dan tak pernah maju. Masalah terbesar yang terdapat dalam sebuah negara berkembang adalah rendahnya keinginan untuk segera beruabah dan menganggap bahwa kondisi mereka sekarang ini adalah kondisi yang terbaik. Semua orang berlomba-lomba ingin memiliki kedudukan dalam kancah perpolitikan karena dari sana mereka dapat mendulang kekayaan meski dengan cara yang tidak mendasari hati nurani sebagai manusia. Zona nyaman ini membuat mereka tidak ingin diusik oleh siapapun bahkan oleh mereka yang kembali dengan pemikiran besar setelah bergelut dengan ilmu pengetahuan di negara lain.
Keadaan ini membuat mereka yang berpikiran besar frustasi karena ide-ide mereka hanya dianggap sebagai angin lalu. Otak mereka deperas untuk bekerja keras demi menemukan ide-ide terbaik namun hanya dibayar dengan ketidak pedulian oleh negaranya. Kekecewaan mereka membuat mereka memutuskan untuk merantau ke negera yang bisa menghargai pemikiran besar mereka. sungguh irona ketika ternyata yang membuthkan ide mereka bukanlah negara berkembang atau negara terbelakang lainnya tetapi mereka yang dalam pentas dunia dikemukakan sebagai negaru besar dan maju. Keaadan yang sungguh memprihatinkan yang tidak hanya terjadi di satu atau dua negara berkembang tapi juga seluruh negara berkembang tak terkecuali indonesia. fenomena inilah yang muncul dengan nama BRAIN DRAIN.
Brain Drain adalah fenomena yang berkembang di dunia ketiga, termasuk Indonesia. Brain Drain atau Human Capital Flight, yaitu peristiwa hengkngnya tenaga ahli, pemikir, intelektual potensial ke negara lain yang pada umumnya lebih maju dibandingkan negara asalnya. Atas alasan minimnya kesempatan berkarya dan memberdayakan diri di tanah air, mereka hijrah ke negara yang memberikan kemungkinan lebih untuk mengembangkan ilmu yang dimilikinya.
Pada umumnya pelaku Brain Drain adalaha pemuda potensial yang memiliki kemampuan diatas ratarata. Mereka adalah para akademisi, insinyur, ahli komputer, ahli astronomi, dokter dan para ahli lainnya. Masa mudanya dihabiskan untuk berkarya dan melakukan sejumlah research dan dibiayai oleh negara tujuannya, sehingga hasil karya dan temuannya dipatenkan di luar negeri. Alhasil negara sendiri harus membayar nilai royalti kepada negara asing untuk mengakses temuan anak bangsanya sendiri.
Tentu negara Indonesia masih ingat dengan hengkangnya Arif Budiman, Ariel Haryanto dan beberapa intelektual muda karena tekanan politik dikarenakan tuduhan subversibe dan dianggap sebagai intelektual oposisi di masa orde baru, karir akademis di Universitas swasta di Salatiga diberengus melalui intervensi negara. Akhirnya di negara maju mereka berhasil bangkit dan menjadi salah satu orang terpenting di negara tersebut. Fenomena Sri Mulyani merupakan fenomena Brain Drain yang dilakukan oleh elit tekhnokrat yang dimiliki bangsa ini. Terlepas dari kemelut politik dan skandal Century, Sri Mulyani merupakan ahli ekonomi dan dan keuangan yang potensial.Terpuruk di negeri sendiri, namun berkibar bak elang di lembaga keuangan internasional.
Fenomena Brain Drain ini sebenarnya sangat merugikan bagi negara yang memposisikan dirinya sebagai negara yang ditinggalkan. Negara yang ditinggalkan kehilangan SDM yang penting dalam pengembangan dan kemajuan kapasitas bermasyarakat. Namun bagi mereka yang menganut paham individualis dan matrealistis tentu hal tersebut tidak ada pengaruhnya sama sekali. Kesejahtraan pribadi adalah nomer satu meskipun mengorbankan kesejahtraan umum yang lebih pantas mendapatkannya.
Lantas bagaimanakah memperbaiki fenomena ini? Haruskah menyalahkan dan mempertanyakan rasa nasionalisme mereka (para pelaku Brain Drain). Proporsionalkah menanyakan nasionalisme mereka atas negara yang tidak membutuhkan mereka? tentu saja tidak proporsional, memang benar mereka para pelaku brain drain adalah orang yang tidak nasionalis tetapi bukankan negara yang menyebabkan mereka menjadi anti nasionalisme.
Hal yang perlu dilakukan untuk menyikapi masalah Brain Drain ini adalah dengan melakukan suatu pergerkan. Jadilah warga negara aktif yang berani menyampaikan pendapat dengan terbuka. Kritisilah kebijakan para penguasa yang keliru dalam bertindak. Sehingga nantinya pemerintah akan paham bahwa masyarakat tidak lagi hanya berupa boneka demokrasi tetapi manusia yang siap mempertanyakan janji manis demokrasi.

Komentar
Posting Komentar