2.3.a.4.2.Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.2. Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

 

2.2.1 Paradigma Berpikir Coaching

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:

  1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
  2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
  3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
  4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan



Prinsip Coaching

“ICF defines coaching as partnering with clients in a thought-provoking and creative process that inspires them to maximize their personal and professional potential.” www.coachingfederation.org


International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee.

Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi. Berikut adalah penjelasan ketiga prinsip tersebut.





    Refleksi


    Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!

    2.2.3 Prinsip dan Paradigma Berpikir Coaching dalam Supervisi Akademik

    Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

    Kita sudah mempelajari paradigma berpikir coaching agar kita bisa memberdayakan rekan sejawat kita. Kita juga sudah mempelajari tiga prinsip coaching yang perlu kita pegang pada saat kita melakukan percakapan dengan rekan sejawat dalam rangka membantu mereka untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom. Seperti kita ketahui bersama, di sekolah kita melakukan supervisi akademik untuk mengembangkan kompetensi mengajar guru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Prinsip dan paradigma berpikir coaching ini sangat bisa digunakan dalam proses supervisi ini, agar semangat yang lebih mewarnai proses supervisi adalah semangat yang memberdayakan, bukan mengevaluasi.

    Kita ketahui bersama bahwa supervisi akademik memiliki tujuan untuk mengevaluasi kompetensi mengajar guru dan proses belajar di kelas. Pertanyaannya, apakah kita bisa mengevaluasi dan juga sekaligus memberdayakan? Costa dan Garmston (2016) menyampaikan bahwa kita bisa memberdayakan guru melalui coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, yang interaksinya bergantung kepada tujuan dan hasil yang diharapkan. Namun, posisi awal yang kita ambil adalah posisi sebagai seorang coach, sebelum kita mengetahui tujuan dan hasil yang diharapkan oleh guru yang akan kita berdayakan. Oleh sebab itu, prinsip dan paradigma berpikir coaching ini perlu selalu ada sebelum kita memberdayakan seseorang. 

    Bagaimana coaching digunakan dalam supervisi akademik akan kita pelajari secara lengkap di sub pembelajaran berikut. Tabel berikut memberikan gambaran perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, dalam rangka memberdayakan guru.


    Dari Tabel tersebut kita a telah mengetahui perbedaan fungsi pendukung dalam usaha kita memberdayakan setiap potensi yang ada dalam komunitas sekolah. Pada sub pembelajaran selanjutnya, kita akan membahas kompetensi inti Coaching dan alur percakapan Coaching TIRTA.


    Materi 2.2

    Bapak/ibu dapat mencermati dan mendalami materi dengan mengunduh materi berikut ini dan dibaca secara mandiri.

    Silakan gunakan navigasi yang ada.

    *) Keterangan ikon pada bahan bacaan (dari kiri ke kanan):

      • tanda minus untuk mengecilkan tampilan materi
      • tanda plus untuk memperbesar tampilan materi
      • tanda kotak untuk menampilkan materi fullscreen
      • tanda panah untuk mengunduh materi

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    ESSAY SIKAP BELA NEGARA PADA GENERASI MUDA

    Essay Pudarnya Pesona Bahasa Indonesia di Kalangan Pemuda Indonesia